Judul di atas merupakan pesan Baginda Nabi Muhammad kepada umatnya tentang bagaimana seharusnya seorang Muslim, ”Janganlah engkau marah, maka bagimu surga.” HR. Thabrani. Lengkapnya adalah sebagai berikut; Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa ada seorang laki-laki berkata kepada Nabi Shallallahu alaihi wa sallam “Berilah aku wasiat”. Beliau menjawab, “Engkau jangan marah!” Orang itu mengulangi permintaannya berulang-ulang, kemudian Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda “Engkau jangan marah!” [HR al-Bukhâri]. Marah merupakan sebuah bentuk perasaan yang menolak gangguan terhadap dirinya dalam bentuk perlawanan. Marah bisa diekspresikan dengan cara mendiamkan orang sekitar, berteriak kepada mereka yang membuatnya marah, kontak fisik seperti memukul, menjambak, menampar, meludahi, atau sebagainya, melemparkan barang ke arah orang yang memancing amarahnya, merusak barang yang ada di sekitar, hingga berbuat anarki yang bisa mencelakai seseorang. Bahkan tak jarang, amarah tersebut diarahkan dan dilampiaskan kepada orang di sekitarnya yang sama sekali tak ada kaitannya dengan masalahnya tersebut. Amarah yang dilampiaskan dalam bentuk seperti yang disampaikan tadi akan mengakibatkan banyak hal-hal buruk yang akan menimpa baik kepada orang yang mempertaruhkan nafsu amarahnya maupun kepada orang yang memancing amarah seseorang atau bahkan kepada orang yang sama sekali tidak ikut campur dalam masalah tersebut. Keburukan yang diakibatkan dari memperturutkan nafsu amarahnya seperti pertikaian, perselisihan, kesalahpahaman, perpecahan, penganiayaan, hingga tindak kriminal yang sangat jahat, yakni pembunuhan. Amarah pada manusia yang mengakibatkan berbagai hal buruk tersebut merupakan hasutan setan kepada seseorang yang sedang membara emosinya. Hasutan tersebut akan mudah merangsek masuk ke dalam benak seseorang yang dikuasai hawa nafsunya. Lalu, orang tersebut akan melampiaskan bentuk kemarahannya tanpa pikir panjang apa akibat yang akan diterimanya dan yang ia terima hanyalah penyesalan belaka. Pada dasarnya, marah merupakan salah satu emosi yang wajar yang dimiliki oleh seorang manusia. Menjadi tak wajar ketika amarah tersebut diungkapkan dengan cara yang melampaui batas hingga menyebabkan banyak kemudharatan. Rasulullah sendiri bersabda mengenai amarah dalam sebuah hadits yang berbunyi, “Ketahuilah, sesungguhnya amarah itu bara api di hati anak cucu Adam, bukanlah kalian melihat dua mata orang marah memerah dan urat-urat lehernya membesar.” HR. Tirmidzi Rasulullah mengatakan kalau amarah merupakan bara api karena hal tersebut dapt menyambar siapa saja, termasuk menyambar diri sendiri. Bara api atau amarah dapat menghanguskan segala bentuk amalan kebaikan maupun citra baik yang selama ini dipupuk dan tumbuh subur dalam diri seseorang. Namun, sangat disayangkan dalam sekejap semua kebaikan itu lenyap tak bersisa. Rasulullah pun pernah menjelaskan bahwa dirinya juga bisa marah terhadap suatu perkara seperti yang beliau sabdakan dalam sebuah hadits yang artinya, “Aku ini hanya manusia biasa. Aku bisa senang sebagaimana manusia senang dan aku bisa marah sebagaimana manusia marah.” HR. Muslim Rasulullah pun pernah marah. Namun, marahnya Rasulullah bukan didasari karena kepentingan pribadinya yang terusik, melainkan karena ada seseorang yang melanggar aturan yang telah Allah tetapkan dalam syari’at Islam. Marahnya Rasulullah pun tidak dilampiaskan dalam bentuk kekerasan, seperti berteriak, memukul, hingga menyakiti orang lain. Marahnya Rasulullah diungkapkan dengan cara mengatakan sesuatu dengan cara tegas yang kemudian menjadi landasan ilmu bagi masalah yang membuat beliau marah. Juga, tatkala Rasulullah marah pada saat beliau berdiri, maka Baginda Nabi Muhammad segera duduk dan ketika marahnya pada saat beliau sedang duduk, maka dengan segera beliau mengambil posisi berbaring. Sikap ini Rasulullah lakukan agar emosi beliau mereda dan patut kita tiru ketika api amarah sedang membara dalam hati kita. Sejarah pernah mencatat Rasulullah marah karena beberapa perkara yang dilanggar oleh para sahabatnya. Pertama, Rasulullah marah saat mendengar laporan bahwa dalam medan peperangan, Usamah bin Zaid membunuh orang yang sudah bersyahadat laa Ilaha illallah tiada Tuhan selain Allah. Usamah pun berdalih dengan mengatakan bahwa ia membunuhnya karena menyangka orang itu bersyahadat hanya untuk menyelamatkan diri. Nabi menyalahkan Usamah dan berkali-kali mengatakan, “Apakah engkau membunuhnya setelah dia mengatakan laa Ilaha illallah?” HR. Bukhari. Dari riwayat ini kita bisa mempelajari bahwa haram hukumnya membunuh seseorang yang telah berikrar laa Ilaha illallah atau sudah masuk Islam. Dalam kesempatan lain, Rasulullah pernah marah tatkala ada salah seorang sahabat yang merayu Rasulullah agar tidak menghukum seorang wanita dengan cara memotong tangannya karena wanita tersebut kedapatan mencuri. Alasan sahabat tersebut adalah karena wanita itu merupakan seseorang yang terpandang dari salah satu suku terbesar di kaum Quraisy, yakni Bani Makhzum. Seketika raut wajah Nabi berubah karena marah Nabi tegaskan, “Apakah layak aku memberikan pertolongan terhadap tindakan yang melanggar aturan Allah?” HR. Bukhari dan Muslim. Dari riwayat ini dapat kita ambil pelajaran bahwa kita harus terus menegakkan hukum Allah dengan snagat adik tanpa memandang status, golongan, suku, dan jabatan tersangka. Pernah juga suatu hari Rasulullah mendapati seorang lelaki menggunakan cincin emas yang melingkar di jarinya. Sontak, Rasulullah langsung mengambil dan membuang cincin tersebut seraya berkata, “Salah seorang di antara kalian dengan sengaja menceburkan diri ke jilatan api dengan menggunakannya cincin emas di tangannya.” HR. Muslim. Hadits ini memberitahu kita bahwa kaum Adam dilarang menggunakan perhiasan emas dalam bentuk apapun. Alasannya adalah atom pada perhiasan emas dapat menembus ke dalam kulit hingga masuk ke aliran darah. Jika ketika perhiasan tersebut dipakai dalam waktu yang lama, darah dan urine pada laki-laki bisa terkena efek sampingnya. Keduanya bisa memiliki kandungan atom emas yang melebihi batas. Efek buruknya adalah lelaki tersebut dapat menderita Alzheimer, sebuah gangguan neurologis yang mengakibatkan penderitanya mengalami penurunan daya ingat. Bahkan bisa jadi orang tersebut mengalami perubahan kepribadian. Mengapa wanita tidak mengalami yang sama sehingga diperbolehkan menggunakan perhiasan berbahan dasar emas? Ini karena di dalam kulit dan tubuh wanita terdapat semacam lemak yang dapat menghambat meresapnya atom berbahaya dalam emas tersebut. Juga, wanita mengalami mentruasi rutin setiap bulannya sehingga atom yang telah terlanjur terserap dalam tubuh dapat dikeluarkan melalui darah kotor dengan teratur. Dari beberapa kisah tentang marahnya Rasulullah tersebut, kita bisa memahami bahwa apa yang membuat Rasulullah marah adalah pelanggaran-pelanggaran aturan Allah yang dilakukan oleh para sahabatnya. Dari kisah tersebut juga tak nampak sekalipun kekerasan atau keburukan yang Rasulullah lakukan dengan dalih meluapkan amarahnya. Justru, sebaliknya, yang Rasulullah lakukan ketika marah adalah memberikan nasihat atas perkara yang dilanggar. Kelak, nasihat-nasihat inilah yang dijadikan landasan hukum atas pelanggaran yang sama di masa sekarang. Selain memberikan nasihat sebagai bentuk marahnya Rasulullah, ada beberapa cara yang beliau ajarkan yang harus umatnya ikuti dan amalkan ketika bara api amarah bergemuruh hebat di dalam hati. Cara-cara tersebut ialah; Membaca Ta’awuz Dari sahabat Sulaiman bin Surd, beliau menceritakan, “Suatu hari saya duduk bersama Rasulullah SAW. Ketika itu ada dua orang yang saling memaki. Salah satunya telah merah wajahnya dan urat lehernya memuncak. Kemudian Rasulullah bersabda “Sungguh saya mengetahui ada satu kalimat, jika dibaca oleh orang ini, marahnya akan hilang. Jika dia membaca ta’awudz A-uudzu billahi minas syaithanir rajiim, marahnya akan hilang”. HR. Al-Bukhari dan Muslim. Sebisa mungkin tidak berkata-kata Dari Ibnu Abbas, Rasulullah bersabda, “Jika kalian marah, diamlah.” HR. Ahmad. Rasulullah juga menasihati, “Sesungguhnya ada hamba yang mengucapkan satu kalimat, yang dia tidak terlalu memikirkan dampaknya, namun menggelincirkannya ke neraka yang dalamnya sejauh timur dan barat.” HR. Al-Bukhari dan Muslim Diam dan menahan diri untuk tidak melontarkan kata-kata sangat ampuh untuk dilakukan sebagai bentuk pencegahan diri mengatakan hal-hal yang akan menyakiti seseorang seperti, sumpah serapah, caci maki, menghina, dan merendahkan. Mengambil Posisi Lebih Rendah. Rasulullah bersabda, “Apabila kalian marah, dan dia dalam posisi berdiri, hendaknya dia duduk. Karena dengan itu marahnya bisa hilang. Jika belum juga hilang, hendak dia mengambil posisi tidur.” HR. Ahmad. Memposisikan tubuh semakin merendah dapat menurunkan ego dalam diri dan meredam gejolak amarah yang membuncah. Sebaliknya, amarah menuntut keadaan yang meledak-ledak sehingga apabila kita semakin memposisikan tubuh semakin tinggi, seperti terus menerus berdiri atau ketika duduk langsung berdiri saat marah, maka amarah tersebut akan semakin menjadi-jadi. Merendahkan posisi tubuh juga bisa menenangkan pikiran yang sempat terusik. Ingat Selalu Ada Allah Dari Muadz bin Anas Al-Juhani, Rasulullah SAW bersabda, “Siapa yang berusaha menahan amarahnya, padahal dia mampu meluapkannya, maka dia akan Allah panggil di hadapan seluruh makhluk pada hari kiamat, sampai Allah menyuruhnya untuk memilih bidadari yang dia kehendaki.” HR. Abu Daud, Tirmidzi Mengambil Wudhu dan atau Mandi Marah merupakan hasutan setan dan setan diciptakan dari api. Maka orang yang marah dianjurkan berwudhu atau mandi untuk memadamkan amarahnya. Dari Urwah As-Sa’di, Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya marah itu dari setan, dan setan diciptakan dari api, dan api bisa dipadamkan dengan air. Apabila kalian marah, hendaknya dia berwudhu.” HR. Ahmad dan Abu Daud. Itulah beberapa kisah Rasulullah ketika sedang marah dan bagaimana Rasulullah mengatasi amarahnya. Sebagai umatnya, kita wajib mencontoh dan mengikuti semua ajaran Rasulullah dan berusaha memahami apa yang beliau nasihatkan. Maha Sempurna Allah dengan menurunkan syari’at Islam sebagai anugerah terbesar bagi umat manusia. Bagaimana tidak? Bahkan urusan tentang mengelola emosi saja tak luput dari perhatian Allah yang kemudia diajarkanNya lewat perantara Rasulullah. Inilah sebabnya kita harus terus menjaga keimanan dan ketaqwaan kita hanya kepada Allah karena Allah-lah yang telah dengan sangat apik mengatur dan mengurus kehidupan kita. Penulis, Dessy
Danbagi siapapun yang tidak marah dan sabar menahan amarahnya maka dijanjikan akan mendapatkan surga. Hadis riwayat al-lmam al-Bukhari. Jangan engkau realisasikan. Bahawa seorang lelaki meminta nasihat daripada Nabi saw. Janganlah engkau mudah marah. لا تغضب فردد مرارا قال.
Kali ini akan dishare kumpulan hadits tentang marah lengkap dalam tulisan bahasa arab dan artinya. Hendaknya kita memahami hadits larangan marah ini agar kita dijauhakan dari sifat emosi dan amarah yang tercela. Menurut islam sendiri, ada marah yang diperbolehkan dan ada yang dilarang dan masuk sifat tercela. Semuanya tergatung ituasi dan kondisinya. Namun dalam banyak dalil hadist, Rasulullah SAW menganjurkan untuk jangan marah dan menahan emosinya. Dan bagi siapapun yang tidak marah dan sabar menahan amarahnya, maka dijanjikan akan mendapatkan surga. Ini adalah kabar gembira bagi yang sabar dan tidak mudah marah saat situasi tertentu. Dalam kitab suci Al Quran, ALLAH SWT berfirman sebagai berikut وَ سَارِعُوْآ اِلى مَغْفِرَةٍِ مّنْ رَّبّكُمْ وَ جَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّموتُ وَ اْلاَرْضُ اُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِيْنَ. اَلَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ فِى السَّرَّآءِ وَ الضَّرَّآءِ وَ اْلكظِمِيْنَ اْلغَيْظَ وَ اْلعَافِيْنَ عَنِ النَّاسِ، وَ اللهُ يُحِبُّ اْلمُحْسِنِيْنَ. ال عمران133-134 Artinya Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa. Yaitu orang-orang yang menafqahkan hartanya, baik diwaktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. [QS. Ali 'Imran 133 - 134] Melihat ayat suci diatas, maka jelaslah bahwa hendaknya kita jangan marah, belum lagi banyak sekali dalil hadits tentang larangan marah. Juga apa manfaat dan keutamaan orang yang mampu menahan marah, tidak suka berbdebat, tidak kasar dan selalu bersabar. Dan agar lebih jelas, simak selengkapnya daftar bacaan hadits larangan marah dalam islam lengkap dalam lafadz arab dan terjemahan bahasa Indonesianya. Setelah membaca penjelasan dari hadist dibawah ini, jangan marah dikarenakan hal hal sepele lagi Hadits Jangan Marah عَنْ حُمَيْدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمنِ عَنْ رَجُلٍ مِنْ اَصْحَابِ النَّبِيّ ص قَالَ قَالَ رَجُلٌ يَا رَسُوْلَ اللهِ، اَوْصِنِى. قَالَ لاَ تَغْضَبْ. قَالَ قَالَ الرَّجُلُ فَفَكَّرْتُ حِيْنَ قَالَ النَّبِيُّ ص مَا قَالَ. فَاِذَا اْلغَضَبُ يَجْمَعُ الشَّرَّ كُلَّهُ. احمد Artinya Dari Humaid bin Abdurrahman dari seorang shahabat Nabi SAW, ia berkata Ada seorang laki-laki berkata, "Ya Rasulullah, nasehatilah saya". Rasulullah SAW bersabda, "Jangan marah". Perawi berkata Lalu orang laki-laki itu berkata, "Kemudian saya berfikir ketika Nabi SAW menyabdakan apa yang beliau nasehatkan itu, jika demikian marah itu mengumpulkan kejahatan seluruhnya". [HR. Ahmad] عَنْ سُلَيْمَانَ بْنِ صُرَدٍ قَالَ اِسْتَبَّ رَجُلاَنِ عِنْدَ النَّبِيّ ص وَ نَحْنُ عِنْدَهُ جُلُوْسٌ وَ اَحَدُهُمَا يَسُبُّ صَاحِبَهُ مُغْضَبًا قَدِ احْمَرَّ وَجْهُهُ. فَقَالَ النَّبِيُّ ص اِنّيْ َلاَعْلَمُ كَلِمَةً لَوْ قَالَهَا لَذَهَبَ عَنْهُ مَا يَجِدُ، لَوْ قَالَ اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. فَقَالُوْا لِلرَّجُلِ اَلاَ تَسْمَعُ مَا يَقُوْلُ النَّبِيُّ ص قَالَ اِنّى لَسْتُ بِمَجْنُوْنٍ. البخارى Dari Sulaiman bin Shurad, ia berkata Ketika kami duduk di sisi Nabi SAW, ada dua orang saling mencaci. Lalu salah seorang diantara keduanya menjadi marah, merah mukanya. Kemudian Nabi SAW bersabda, "Sesungguhnya aku mengetahui suatu kalimat seandainya ia mau mengucapkannya pastilah hilang marah itu darinya, seandainya ia mengucapkan A'uudzu billaahi minasy-syaithoonir rojiim Aku berlindung kepada Allah dari godaan syetan yang terkutuk". Kemudian orang-orang berkata kepada laki-laki tersebut, "Tahukah kamu apa yang disabdakan oleh Nabi SAW tadi ?". Orang yang marah itu menjawab, "Aku ini tidak gila !". [HR. Bukhari juz 7, hal. 99] عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَجُلاً قَالَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوْصِنِي، قَالَ لاَ تَغْضَبْ فَرَدَّدَ مِرَاراً، قَالَ لاَ تَغْضَبْ [رواه البخاري] Artinya Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu sesungguhnya seseorang bertanya kepada Rasulullah sholallohu alaihi wa sallam Ya Rasulullah nasihatilah saya. Beliau bersabda Jangan kamu marah. Beliau menanyakan hal itu berkali-kali. Maka beliau bersabda Jangan engkau marah Riwayat Bukhori عَنْ اَبِى الدَّرْدَاءِ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُوْلَ اللهِ، دُلَّنِيْ عَلَى عَمَلٍ يُدْخِلُنِى اْلجَنَّةَ. قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص لاَ تَغْضَبْ. وَ لَكَ اْلجَنَّةُ. الطبرانى فى الاوسط رقم Dari Abu Darda', ia berkata Ada seorang laki-laki berkata kepada Rasulullah SAW, "Ya Rasulullah, tunjukkanlah kepada saya atas suatu amal yang bisa memasukkan saya ke surga". Rasulullah SAW bersabda, "Jangan marah, maka bagimu surga". [HR. Thabarani dalam Al-Ausath no 2353] عَنْ سَعِيْدِ بْنِ اْلمُسَيَّبِ اَنَّهُ قَالَ بَيْنَمَا رَسُوْلُ اللهِ ص جَالِسٌ وَ مَعَهُ اَصْحَابُهُ وَقَعَ رَجُلٌ بِاَبِى بَكْرٍ فَآذَاهُ. فَصَمَتَ عَنْهُ اَبُوْ بَكْرٍ، ثُمَّ آذَاهُ الثَّانِيَةَ، فَصَمَتَ عَنْهُ اَبُوْ بَكْرٍ. ثُمَّ آذَاهُ الثَّالِثَةَ، فَانْتَصَرَ مِنْهُ اَبُوْ بَكْرٍ، فَقَامَ رَسُوْلُ اللهِ ص حِيْنَ انْتَصَرَ اَبُوْ بَكْرٍ. فَقَالَ اَبُوْ بَكْرٍ اَوَجَدْتَ عَلَيَّ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص نَزَلَ مَلَكٌ مِنَ السَّمَاءِ يُكَذّبُهُ بِمَا قَالَ لَكَ. فَلَمَّا انْتَصَرْتَ وَقَعَ الشَّيْطَانُ فَلَمْ اَكُنْ ِلاَجْلِسَ اِذْ وَقَعَ الشَّيْطَانُ. ابو داود رقم Dari Sa’id bin Musayyab, bahwasanya ia berkata, "Pernah suatu ketika Rasulullah SAW sedang duduk bersama shahabat-shahabatnya, lalu ada seorang laki-laki yang mencaci dan menyakiti Abu Bakar, tetapi Abu Bakar diam saja. Kemudian ia menyakitinya yang kedua kali, tetapi Abu Bakar masih diam saja. Lalu ia menyakitinya yang ketiga kali, lalu Abu Bakar membalasnya. Maka Rasulullah SAW berdiri ketika Abu Bakar membalasnya, lalu Abu Bakar bertanya, "Apakah engkau marah kepadaku, ya Rasulullah ?". Rasulullah SAW bersabda, "Tadi malaikat turun dari langit seraya mendustakan apa yang ia katakan terhadapmu, tetapi setelah engkau membalasnya, syaithan lalu duduk di situ, maka tidaklah pantas aku duduk karena syaithan duduk di situ". [HR. Abu Dawud juz 4, hal. 274, no. 4896] عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو اَنَّهُ سَأَلَ رَسُوْلَ اللهِ ص مَاذَا يُبَاعِدُنِى مِنْ غَضَبِ اللهِ عَزَّ وَ جَلَّ؟ قَالَ لاَ تَغْضَبْ. احمد ArtinyaDari Abdullah bin Amr, bahwasanya ia bertanya kepada Rasulullah SAW, “Ya Rasulullah, apa yang bisa menjauhkan saya dari murka Allah Azza wa Jalla ?”. Rasulullah SAW bersabda, “Jangan marah”. [HR. Ahmad juz 2, hal. 175] عَنْ اَبِى وَائِلٍ اْلقَاصّ قَالَ دَخَلْنَا عَلَى عُرْوَةَ بْنِ مُحَمَّدٍ السَّعْدِيّ فَكَلَّمَهُ رَجُلٌ فَأَغْضَبَهُ، فَقَامَ فَتَوَضَّأَ، فَقَالَ حَدَّثَنِى اَبِيْ عَنْ جَدّيْ عَطِيَّةَ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص اِنَّ اْلغَضَبَ مِنَ الشَّيْطَانِ. وَ اِنَّ الشَّيْطَانَ خُلِقَ مِنَ النَّارِ. وَ اِنَّمَا تُطْفَأُ النَّارُ بِاْلمَاءِ، فَاِذَا غَضِبَ اَحَدُكُمْ فَلْيَتَوَضَّأْ. ابو داود رقم Dari Abu Wail Al-Qaashsh, ia berkata, "Saya pernah datang kepada 'Urwah bin Muhammad As-Sa'diy, lalu ada seorang laki-laki yang berbicara kepadanya yang membuatnya marah, maka ia bangkit lalu berwudlu. Setelah berwudlu kemudian ia berkata Ayahku mencerita-kan kepadaku dari kakekku yaitu 'Athiyah, ia berkata Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya marah itu dari syetan dan sesungguhnya syetan itu diciptakan dari api, dan hanyasanya api itu dipadamkan dengan air, maka apabila salah seorang diantara kalian marah hendaklah ia berwudlu". [HR. Abu Dawud juz 4, hal. 249, no. 4784] عَنْ اَبِى ذَرّ قَالَ اِنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ لَنَا اِذَا غَضِبَ اَحَدُكُمْ وَ هُوَ قَائِمٌ فَلْيَجْلِسْ، فَاِنْ ذَهَبَ عَنْهُ اْلغَضَبُ. وَ اِلاَّ فَلْيَضْطَجِعْ. ابو داود رقم Dari Abu Dzarr, ia berkata Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda kepada kami, "Apabila salah seorang diantara kalian marah dalam keadaan berdiri maka hendaklah ia duduk, niscaya akan hilang marahnya. Dan jika belum hilang marahnya, maka hendaklah ia berbaring tiduran". [HR. Abu Dawud juz 4, hal. 249, no. 4782] إِذَا غَضَبَ اَحَدُكُمْ فَلْيَسْكُتْ رواه إمام احمد “Jika di antara kalian marah maka hendaklah ia diam” HR Imam Ahmad لا تغضب ولك الجنة “Jangan marah, maka bagimu syurga” عَنْ جَارِيَةَ بْنِ قُدَامَةَ، اَنَّ رَجُلاً قَالَ يَارَسُوْلَ اللهِ، قُلْ لِيْ قَوْلاً وَ اَقْلِلْ عَلَيَّ لَعَلّيْ اَعْقِلُهُ. قَالَ لاَ تَغْضَبْ. فَاَعَادَ عَلَيْهِ مِرَارًا. كُلُّ ذلِكَ يَقُوْلُ لاَ تَغْضَبْ Dari Jariyah bin Qudamah bahwa ada seorang lelaki berkata pada Rasul; “Ya Rasulullah katakan padaku suatu naehat yang ringkas dan semoga aku bisa menjaganya.” Rasul bersabda “Jangan marah”. Orang itu mengulangi perkataannya dan Rasul tetap bersabda “Jangan marah.” HR. Ahmad عَنْ اَبِى الدَّرْدَاءِ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُوْلَ اللهِ، دُلَّنِيْ عَلَى عَمَلٍ يُدْخِلُنِى اْلجَنَّةَ. قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص لاَ تَغْضَبْ. وَ لَكَ اْلجَنَّةُ Dari Abu Darda berkata Ada seorang lelaki berkata pada Rasul “Ya Rasulullah, tunjukilah saya akan suatu amal yang bisa memasukkan saya ke surga.” Rasul pun bersabda “Jangan marah, maka kamu mendapat surga.” HR. Thabrani عَنْ سَعِيْدِ بْنِ اْلمُسَيَّبِ اَنَّهُ قَالَ بَيْنَمَا رَسُوْلُ اللهِ ص جَالِسٌ وَ مَعَهُ اَصْحَابُهُ وَقَعَ رَجُلٌ بِاَبِى بَكْرٍ فَآذَاهُ. فَصَمَتَ عَنْهُ اَبُوْ بَكْرٍ، ثُمَّ آذَاهُ الثَّانِيَةَ، فَصَمَتَ عَنْهُ اَبُوْ بَكْرٍ. ثُمَّ آذَاهُ الثَّالِثَةَ، فَانْتَصَرَ مِنْهُ اَبُوْ بَكْرٍ، فَقَامَ رَسُوْلُ اللهِ ص حِيْنَ انْتَصَرَ اَبُوْ بَكْرٍ. فَقَالَ اَبُوْ بَكْرٍ اَوَجَدْتَ عَلَيَّ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص نَزَلَ مَلَكٌ مِنَ السَّمَاءِ يُكَذّبُهُ بِمَا قَالَ لَكَ. فَلَمَّا انْتَصَرْتَ وَقَعَ الشَّيْطَانُ فَلَمْ اَكُنْ ِلاَجْلِسَ اِذْ وَقَعَ الشَّيْطَانُ Dari Sa’id bin Musayyab ia berkata “Pernah ketika Rasul duduk bersama sahabat-sahabat, lalu ada laki-laki yang mencaci dan menyakiti Abu Bakar tapi Abu Bakar hanya diam. Lalu ia menyakitinya kedua kali dan beliau masih diam. Hingga tiga kali lalu Abu Bakar membalasnya. Lalu Rasul berdiri dan Abu Bakar bertanya “Apakah engkau marah kepadaku, ya Rasulullah? Rasul menjawab “Tadi malaikat turun dari langit seraya mendustakan apa yang ia katakan kepadamu tapi setelah engkau membalasnya, syetan lalu duduk disitu, maka tidaklah aku pantas duduk karena ada syetan disitu.” HR. Abu Dawud عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رض اَنَّ رَجُلاً قَالَ لِلنَّبِيّ ص اَوْصِنِى، قَالَ لاَ تَغْضَبْ. فَرَدَّدَ مِرَارًا، قَالَ لاَ تَغْضَبْ Dari Abu Hurairah ia berkata Sesungguhnya ada seorang laki-laki berkata kepada Nabi Muhammad; “Nasehatilah saya Ya Rasulullah”. Kemudian Rasulullah bersabda; “Jangan marah.” Orang itu mengulanginya hingga berkali-kali dan Nabi bersabda; “Jangan marah”. HR. Bukhari عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رض اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ لَيْسَ الشَّدِيْدُ بِالصُّرَعَةِ. اِنَّمَا الشَّدِيْدُ الَّذِيْ يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ اْلغَضَبِ DArtinya ari Abu Hurairah bahwa Rasul bersabda “Orang yang kuat itu bukan orang yang kuat dalam bergulat tapi orang yang kuat dalam menahan dirinya ketika marah.” Hadits riwayat Bukhari عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ رض قَالَ بَيْنَا النَّبِيّ ص يُصَلّى رَأَى فِى قِبْلَةِ اْلمَسْجِدِ نُخَامَةً فَحَكَّهَا بِيَدِهِ فَتَغَيَّظَ ثُمَّ قَالَ اِنَّ اَحَدَكُمْ اِذَا كَانَ فِى الصَّلاَةِ فَاِنَّ اللهَ حِيَالَ وَجْهِهِ فَلاَ يَتَنَخَّمَنَّ حِيَالَ وَجْهِهِ فِى الصَّلاَةِ Dari Abdullah bin Umar berkata “Ketika Nabi Muhammad sedang shalat, beliau melihat dahak di arah kiblat masjid. Maka setelah selesai shalat beliau mengeriknya dengan tangan beliau, kemudian beliau bersabda “Sesungguhnya seseorang diantara kalian jika sedang shalat, sungguh Allah ada di hadapannya. Maka janganlah sekali-kali berdahak ketika shalat ke arah depannya.” HR. Bukhari عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رض اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ لَيْسَ الشَّدِيْدُ بِالصُّرَعَةِ. اِنَّمَا الشَّدِيْدُ الَّذِيْ يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ اْلغَضَبِ. البخارى Dari Abu Hurairah RA, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, "Orang yang kuat itu bukanlah orang yang kuat dalam bergulat, tetapi orang yang kuat itu ialah orang yang bisa menahan dirinya ketika marah". [HR. Bukhari, HR Muslim] عَنْ جَارِيَةَ بْنِ قُدَامَةَ، اَنَّ رَجُلاً قَالَ يَارَسُوْلَ اللهِ، قُلْ لِيْ قَوْلاً وَ اَقْلِلْ عَلَيَّ لَعَلّيْ اَعْقِلُهُ. قَالَ لاَ تَغْضَبْ. فَاَعَادَ عَلَيْهِ مِرَارًا. كُلُّ ذلِكَ يَقُوْلُ لاَ تَغْضَبْ. احمد Dari Jariyah bin Qudamah, sesungguhnya ada seorang laki-laki berkata kepada Rasulullah SAW, "Ya Rasulullah, katakanlah kepadaku suatu perkataan nasehat dan ringkaskanlah, mudah-mudahan aku bisa menjaganya". Rasulullah SAW bersabda, "Jangan marah". Orang itu mengulangi lagi beberapa kali, masing-masingnya Rasulullah SAW bersabda, "Jangan marah". [HR. Ahmad] Setelah melihat hadits laranan marah diatas, ada baiknya kita juga mempelajari untuk megendalikan emosi dan amarah sesuai tata cara yan diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Lalu bagaimana caranya, simak berikut ini cara menahan emosi dan amarah menurut Rasulullah SAW 1. Membaca Taawudz Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah SAW "Sungguh saya mengetahui ada satu kalimat, jika dibaca oleh orang ini, marahnya akan hilang. Jika dia membaca taawudz A-uudzu billahi minas syaithanir rajiim, marahnya akan hilang. HR. Bukhari dan Muslim 2. Diam Hal ini berdasarkan hadits Rasulullah SAW berikut ini "Jika kalian marah, diamlah." HR. Ahmad dan Syuaib Al-Arnauth menilai Hasan lighairih. 3. Mengambil posisi lebih rendah Sabda Rasulullah SAW berikut menjelaskan perihal ini Apabila kalian marah, dan dia dalam posisi berdiri, hendaknya dia duduk. Karena dengan itu marahnya bisa hilang. Jika belum juga hilang, hendak dia mengambil posisi tidur. HR. Ahmad 21348, Abu Daud 4782 dan perawinya dinilai shahih oleh Syuaib Al-Arnauth. 4. Berwudhu atau mandi Marah itu berasal dari setan dan setan diciptakan dari api. Berikut sebuah hadist yang menjadi dasarnya "Sesungguhnya marah itu dari setan, dan setan diciptakan dari api, dan api bisa dipadamkan dengan air. Apabila kalian marah, hendaknya dia berwudhu. HR. Ahmad 17985 dan Abu Daud 4784 5. Ingatlah hadis ini ketika marah Dari Muadz bin Anas Al-Juhani radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, "Siapa yang berusaha menahan amarahnya, padahal dia mampu meluapkannya, maka dia akan Allah panggil di hadapan seluruh makhluk pada hari kiamat, sampai Allah menyuruhnya untuk memilih bidadari yang dia kehendaki. HR. Abu Daud, Turmudzi Demikianlah artikel mengenai kumpulan hadits larangan marah lengkap bahasa arab dan artinya. Semoga daftar hadits dan tata cara menaham dan mengendalikan amarah diatas bermanfaat bagi kita semua sehingga emosi dan amarah lebih terkendali serta tidak mudah marah. Dan yang terpenting adalah jangan marah untuk sesuatu yang memang tidak dibenarkan dengan marah. Wallahu a'lam.
MENAHANmarah merupakan suatu usaha yang sangat amat berat dilakukan seseorang ketika marahnya itu sudah sangat
Jakarta - Salah satu perbuatan yang merugikan diri sendiri dan orang lain adalah marah. Orang yang tidak bisa menahan amarahnya termasuk orang yang rugi. Begitupun sebaliknya, orang yang menahan amarahnya akan mendapat banyak dapat disebabkan faktor internal dan eksternal. Periset Dr Molly Crockett dari University of Cambridge menjelaskan, fluktuasi kadar hormon serotonin dalam otak mempengaruhi respons seseorang dalam mengatur Islam, marah adalah perbuatan yang dilarang karena dapat merugikan diri sendiri dan orang lain. Al Quran dan hadits menganjurkan umat Islam untuk senantiasa menahan SWT berfirman dalam QS. Ali Imran ayat 133-134 sebagai berikutوَسَارِعُوٓا۟ إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا ٱلسَّمَٰوَٰتُ وَٱلْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ 133 ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ فِى ٱلسَّرَّآءِ وَٱلضَّرَّآءِ وَٱلْكَٰظِمِينَ ٱلْغَيْظَ وَٱلْعَافِينَ عَنِ ٱلنَّاسِ ۗ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلْمُحْسِنِينَ 134Arab latin 133. Wa sāri'ū ilā magfiratim mir rabbikum wa jannatin 'arḍuhas-samāwātu wal-arḍu u'iddat lil-muttaqīn. 134. Allażīna yunfiqụna fis-sarrā`i waḍ-ḍarrā`i wal-kāẓimīnal-gaiẓa wal-'āfīna 'anin-nās, wallāhu yuḥibbul-muḥsinīnArtinya "Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, yaitu orang-orang yang menafkahkan hartanya, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan."Dalam haditsnya Rasulullah SAW menyampaikan, orang yang kuat bukanlah orang yang jago gulat. Namun orang yang mampu menahan أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم، قال "لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرُعة، وَلَكِنَّ الشَّدِيدَ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ".Artinya "Dari Abu Hurairah RA, dari Nabi Saw. yang telah bersabda Orang yang kuat itu bukanlah karena jago gulat, tetapi orang kuat ialah orang yang dapat menahan dirinya di kala sedang marah." HR Bukhari dan Muslim.Ada banyak kisah dari Rasulullah dalam menahan amarah yang dapat diteladani. Suatu ketika beliau dicaci pengemis tunanetra yang dia suapi makanan, namun Rasulullah SAW sama sekali tidak marah dalam Al Quran, dalam beberapa hadits Nabi SAW, telah dijelaskan tentang larangan marah dan keutamaan orang yang mampu menahan amarah. Berikut hadits larangan marah yang perlu dipahami umat Islam1. Dari Abu Hurairah RAعَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَجُلًا قَالَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوْصِنِيْ ، قَالَ لَا تَغْضَبْ . فَرَدَّدَ مِرَارًا ؛ قَالَ لَا تَغْضَبْ . رَوَاهُ الْبُخَارِيُّArtinya "Dari Abu Hurairah RA bahwa ada seorang laki-laki berkata kepada Nabi SAW, "Berilah wasiat kepadaku." Sabda Nabi SAW "Janganlah engkau mudah marah." Maka diulanginya permintaan itu beberapa kali. Sabda beliau, "Janganlah engkau mudah marah." HR Bukhari.2. Dari Abu Darda RARasulullah SAW bersabdaلاَ تَغْضَبْ وَلَكَ الْجَنَّةُArtinya "Jangan kamu marah, maka kamu akan masuk Surga." HR Ath-Thabrani.3. Dari Ibnu 'Abbas RARasulullah SAW bersabdaإِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ "Apabila seorang dari kalian marah, hendaklah ia diam." HR Ahmad dan Bukhari.4. Dari Mu'adz bin Anas Al-Juhani RARasulullah SAW bersabdaمَنْ كَظَمَ غَيْظًا وَهُوَ قَادِرٌ عَلَى أَنْ يُنْفِذَهُ دَعَاهُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَى رُؤُوْسِ الْخَلاَئِقِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُخَيِّرَهُ اللهُ مِنَ الْحُوْرِ الْعِيْنِ مَا "Barangsiapa menahan amarah padahal ia mampu melakukannya, pada hari Kiamat Allah akan memanggilnya di hadapan seluruh makhluk, kemudian Allah menyuruhnya untuk memilih bidadari yang ia sukai." HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Majah.Sahabat hikmah, marah termasuk godaan yang datang dari setan. Untuk itu, Allah SWT memerintahkan hamba-Nya untuk berlindung kepada-Nya dari godaan setan. Sebagaima termaktub dalam QS. Al A'raf ayat 200 sebagai berikutوَإِمَّا يَنْزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ ۚإِنَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ"Dan jika setan datang menggodamu, maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar Maha Mengetahui." Simak Video "Lempar Berkas, Surya Darmadi Marah Jelang Vonis Korupsi Rp 86 T" [GambasVideo 20detik] row/row
Dalamsebuah hadist dikatakan Kalau kalian marah maka duduklah, kalau tidak hilang juga maka berbaringlah. (H.R. Abu Dawud). Keempat : Janganlah engkau marah, niscaya engkau mendapat surga (H.R at-Thobarony dan dishahihkan oleh al-Mundziri) Jangan Marah, Bagimu Surga Mei (1) April (1)
- Selama berpuasa, selain menahan lapar muslim juga harus menahan nafsu, seperti marah. Sahabat muslim, ternyata menahan marah ini merupakan akhlak sangat bernilai di mata Allah SWT. Menahan marah merupakan akhlak baik sederhana yang sangat dicintai Allah SWT. Tak hanya itu, akhlak baik tersebut juga bisa mengantarkan muslim ke Surga. Satu akhlak yang dicintai Allah SWT itu adalah manahan marah. Menahan marah termasuk dalam akhlak baik dan terpuji. Baca juga Baca Doa Ini Agar Digolongkan Jadi Penghuni Surga, Mulai dari Istighfar Diajarkan Rasulullah SAW Tak ayal, bila bisa mengamalkan akhlak baik ini dijanjikan Allah SWT surga. Sebagaimana hal ini pernah disampaikan Rasulullah SAW dalam hadis-nya لاَ تَغْضَبْ وَلَكَ الْجَنَّةُ “Janganlah engkau marah maka bagimu surga,” HR Thabrani dalam Al Kabir Lihat Shahih At Targhib wa At Tarhib, hadis shahih lighairihi. Selain hadis tersebut, Rasululllah SAW menyebut barangsiapa yang menahan marah akan dijanjikan bidadari surga nantinya. Dari Mu’adz bin Anas, Rasulullah SAW bersabda مَنْ كَظَمَ غَيْظًا – وَهُوَ قَادِرٌ عَلَى أَنْ يُنْفِذَهُ – دَعَاهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَى رُءُوسِ الْخَلاَئِقِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُخَيِّرَهُ اللَّهُ مِنَ الْحُورِ مَا شَاءَ “Siapa yang dapat menahan marahnya padahal ia mampu untuk meluapkannya, maka Allah akan memanggilnya di hadapan para makhluk pada hari kiamat sehingga orang itu memilih bidadari cantik sesuka hatinya.” HR. Abu Daud no. 4777 dan Ibnu Majah Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan.
RasulullahSAW bersabda, "Jangan marah, maka bagimu surga". [HR. Thabarani di Al-Ausath no 2353] Lalu Rasul berdiri dan Abu Bakar bertanya: "Apakah engkau marah kepadaku, ya Rasulullah? Rasul menjawab: "Tadi malaikat turun dari langit seraya mendustakan apa yang ia katakan kepadamu tapi Seusai engkau membalasnya, syetan lalu duduk
Emosi yang fluktuatif membuatku terkadang tak bisa mengontrol diri untuk tidak marah. Hal kecil pun bisa memicu marah. itulah yang terjadi kepadaku saat-saat hamil. Entah memang hormon kehamilan yang menjadi salah satu penyebabnya atau memang diriku yang kurang sabar. Ku rasa diriku yang kurang sabar sih..hehe Hari itu aku kesal dengan suamiku yang melakukan kesalahan menurutku, padahal mungkin kalau dilihat dari sudut pandang orang lain, itu hanya kesalahpahaman. Tapi aku langsung marah kepada suamiku ditambah rasa ingin diperhatikan ketika marah yang tak kunjung juga kudapatkan dari suamiku. Suamiku memilih untuk diam hingga aku sendiri yang memulai pembicaraan terlebih dahulu. Kesal masih menyelimuti kenapa tak mangajak ku berbicara duluan?kenapa tak memperhatikanku? Sebenarnya jauh dari alasan marahnya istri karena ingin diperhatikan lebih. Ketika suamiku memelukku, betapa nyamannya aku, hilang semua rasa marah, kesal, sedih. Hingga akhirnya kamipun hangat kembali. Aku berbicara kepada kandunganku “nak, jangan ikut-ikutan sedih ya, jangan ikutan marah, kesal, jadi anak yang selalu bahagia ya”, perutku pun berdenyut merespon ucapanku. Sekali lagi aku sadar, tak seharusnya aku meluapkan marahku, seharusnya aku bisa lebih sabar karena dari dalam perutku, ada janin yang melihat, merasakan, bahkan mungkin tertular emosi negatif dari ibunya. Dari sinilah aku belajar bersabar ketika hamil, ada hal yang lebih penting daripada meluapkan ego, ada hal yang lebih penting dari menang atau kalah, yaitu kamu nak, calon buah hati. Semoga hamil bukan lagi alasan untuk marah. Semoga calon ibu selalu diberikan kekuatan untuk menyalurkan energi positif kepada janin. Aamiin 🙂 لاَ تَغْضَبْ وَلَكَ الْجَنَّةُ “Janganlah engkau marah, niscaya bagimu surga”. Hadits Shahih, Riwayat Ibnu Abid Dunya, Lihat Shahiihul jaami’ no. 7374. Navigasi pos
DariAbu Ad-Darda' radhiyallahu 'anhu, ia berkata, "Wahai Rasulullah tunjukkanlah kepadaku suatu amalan yang dapat memasukkan dalam surga." Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam lantas bersabda, لاَ تَغْضَبْ وَلَكَ الْجَنَّةُ "Janganlah engkau marah, maka bagimu surga." (HR. Thabrani dalam Al-Kabir.
Web | Youtube: https://www.youtube.com/channel/UCtKHk7oOGitN09Q65wEJp-w📹 Youtube: https://www.youtube.com/channel/UCm
. iwt54aevkp.pages.dev/324iwt54aevkp.pages.dev/142iwt54aevkp.pages.dev/376iwt54aevkp.pages.dev/835iwt54aevkp.pages.dev/608iwt54aevkp.pages.dev/674iwt54aevkp.pages.dev/907iwt54aevkp.pages.dev/921iwt54aevkp.pages.dev/921iwt54aevkp.pages.dev/689iwt54aevkp.pages.dev/467iwt54aevkp.pages.dev/928iwt54aevkp.pages.dev/701iwt54aevkp.pages.dev/521iwt54aevkp.pages.dev/471
janganlah engkau marah maka bagimu surga